masih malam yang sama dengan tulisan sebelumnya...
sambil mendengarkan alunan lagu yang ringan.... aku ingin mendedikasikan lagi sebuah tulisan... tulisan jiwaku yang hampa... apa ya? aku mersa kehilangan, kehilangan diriku sendiri... siapakah aku? setiap manusia tentu punya identitas sendiri, dengan segala keunikannya... tapi sesuatu telah merampasnya dengan paksa, sesuatu kelalalian dan keaniyayaan pada diri sendiri, justru mengkelabukangambaran diri, sehingga sulit untuk bangkit mencari, karena lagi-lagi terseret dengan kelabunya...
ahhh... seharusnya siapapun itu, sekelam apapun masa lalu, tataplah tegak masa depan, dimana Allah disudut lorong gelapnya, menyambut dengan tangan terbuka, dengan secercah cahaya ilahi, yang dmeikian menuntun, tiada membutakan.... seprti halnya yang sering kita temui sendiri dalam duniawi.... aku yang tersesat, kini mencoba mencari lagi dan lagi tentang diri yang sebnarnya, tentulah identitas tidak sebatas pada titel yang nampang, atau profesi bergengsi atau wacana segudang dengan dasar pendidikan yang menggiurkan orang, bukan itu cukuplah kesibukan adalah beribadah kepadaMu, cukuplah kenikmatan adalah dengan berislam, cukuplah itu ya Allah, tak perlu susah-susah mencari diri .... karena hakikat fitrah ada pada kembalinya jiwa padaMu... dan itu yang akanmenuntunmu mencari keunikan yang lain, selain keunikan yang hakiki sebagai hamba yang tiada kenal lelah dan henti untuk mendekatiMu, meohon ampu padaMu, memanja padaMu untuk selalu berdampingan di mata, telinga, kaki dan hati, sejuknya segala siraman tak kan ada yang menggantikan sejuknya cintaMu pada ku... duhai kekasih yang Nyata Allahu Rabbi aku rindu sekali padaMu....
peluk dan cium hanya untukMu dari hati yang gersang dan kering dan lelah karena selalu takut akan hidup.... aku bayangkan sisipan cintaMu menghasilkan sebuah puisi untukku.... Don't be afraid my dear, Allah mendampingimu... Ohhh tenangnya...
Selasa, 17 Juni 2008
Perasaan kecewa itu
Bismillah
hari ini adalah hari pertama aku kembali denganblog ini... karena ada sesuatu yang nyelinap di sela-sela perasaan hampa ini... yah, hari ini anakku ali, menangis karena ketinggalan lomba menerbangkan pesawat kertas... kenapa? karena dia nggak bisa bikin pesawat itu.... kalo aku pikir bukannya nggakbisa sih, hanya karena dia kurang kuat motoriknya sehinggapesawatnya sering nggak bagus...
dan saat yang lain bermain, dia masih buat peswatnya dan saat pesawatnya selesai, eh udah adzan maghrib.... udah selesaian deh, dan kemudian tiba-tiba suara tangisan terdengar kencang, dengan kaos hijau dan celana hijaunya, ditambah pesawat kertas yang digenggamnya, wajahnya menyiratkan kekecewaan yang dalam, kekesalan yang besar pada siapa? entah mungkin pada dirinya sendiri...
dan apa reaksiku? aku justru menghindarinya...
malam ini aku di depan tuts-tuts keyboard yang dingin ini, sadar akan kelemahanku sendiri, tentang diri yang selalu berusaha menghindari emosi negatif, entah pada diriku atau pada sekitarku...
padahal sesuatu tidaklah harus selalu well done, tidaklah harus selalu baik, dan sesuatu itu wajar disikapi dengan emosi negatif, aku yang selalu masang topeng senyum bahagia, meski begitu luka dalam hatinya...
ah terimakasih ali anakku, kau menyadarkan mama... betapa lemahnya mama.... betapa keringnya jiwa ini, padahal aku seorang ibu yang harus menganugerahkan jiwa besar di setiap detik napasku untuk anak-anakku, bagaimana aku bisa mengharap anak yang kuat jikalau aku tak punya apa yang bisa kuberikan yaitu jiwa yang berani dan tegar, dalam setiap hal dan setiap emosi yang ada....
mulai saat ini, aku ingin diriku bisa berani menatap semuanya, negatif atau positif dan berani menyikapi semuanya dengan negatif atau positif sesuai dengan seharusnya..... berani,,, dan berani.... beradu dengan ketakutanku sendiri, keluar dari zona amanku, atas kecenderungan menghindari emosi negatif.... aku harus lah mencerminkan aku.... dengan semua gejolak emosinya.... aku bahagia anakku bisa mencerminkan itu, kemarin saat ia kecewa... perasaan kecewa itu tercermin dari tangisannya... Subhanallah maha benar Allah yang memberikan air mata .... demi membasuh kekecewaan... Aku akan mengobati diriku sendiri dahulu...... seperti orang tua yang memasang alat bantu oksigen di pesawat saat tekanan udara tiba-tiba turun, baru kemudian membantu anak2... demikian juga aku urgensi membantu diriku sendiri demikian besar... sebelum menjadi mama, istri, anak, saudara dan lain-lain... bantulah dirimu sendiri dulu untuk menjadi dirimu sendiri... dengan menerima semua emosi yang ada baik positif maupun negatif....
ternyata pencarian diri amatlah melelahkan dan panjang....
semoga Allah selalu mendampingi... Amin
Selasa, 26 Februari 2008
Alhamdulillah aku pernah mengalami ini
Bismillah..
Ini cerita tentang kejadian 2 malam yang lalu, kejadian ini sebenarnya kepingin langsung aku tulis karena terlalu berharga untuk dilewatkan. Malam itu sudah waktunya tidur, kami ber-5 aku dan 4 anakku sudah siap-siap dengan ritual mau tidur... Tiba-tiba .. Mbak Uti, sang putri pertama bilang " Yaaa... mah sekarang aku nggak bisa berenang pake kacamata lagi..." "Lo kenapa kacamatanya ?" tanyaku kaget, kacamata itu dibeli bapaknya baru beberapa minggu yang lalu, hadiah supaya mbak uti berenangnya tambah semangat, dan memang diwajibkan juga sih sama tempat kursusnya.... "Soalnya karet samping kacamatanya lepas terus sekarang nggak ada, kemaren aku liat ada di tempat sampah, kayaknya dibuang deh sama bulek (panggilan buat ibu yang membantu kami di rumah)" ... "Astaghfirullah gimana sih mbak, kok nggak diambil, kalo ditempat sampah ya jelas bakalan dibuang" aku nggak tahu seperti apa ekspresiku, kacamata itu kan baru, dan harganya lumayan lo hampir 200 ribu, itu kan mahal kalo menurutku untuk ukuran beli kacamata doang... "Soalnya ada banyak semutnya disitu " katanya (mungkin dia jijik ngeliatnya)" "Tapi kan mbak bisa bilang sama bulek kalo itu kacamata renangku aku masih pakek!!!, masak gitu aja nggak bisa sih? Mbak pikir itu kacamata bisa terbang sendiri kembali ke rumah apa? kalo nggak diambilpun bisa pulang sendiri gitu?" gimana ya, rasanya aku jengkel campur sayang sama kacamatanya, soalnya pasti kita harus beli baru, karena itu memang peraturan di tempat kursusnya, sedangkan ... 200 ribu bo! lumayan...pikirku. "Tau nggak si Minek (sahabat mbak uti) itu mungkin harus menahan lapar 1 bulan untuk bisa beli kacamata itu, mbak uti sendiri kemaren yang cerita kalo minek nggak punya uang untuk beli gambar, untuk main gempa (permainan kartu yang lagi ngetren di tempat kami) sampe-sampe dia cari-cari di tempat sampah, Minek itu nggak setiap hari dapet uang saku, eh.... mbak uti hanya karena jijik doang atau males ngomong sih... membuang uang 200 ribu itu gampang banget !!" Aku keterusan nyerocos.... karena nggak habis pikir, bisa-bisanya dia tau barang itu di tempat sampah tapi nggak diambil. Sampe aku nggak tau kalo dia mulai menangis.... Tapi rasa kesalku masih belum hilang.... dan beberapa omelanku kayaknya masih keluar (aku nggak terlalu inget apa aja yang aku omongin)... Beberapa saat berlalu, dan mbak Uti kelihatan sangat menyesal, "Ma... kalo gitu biar aku beli lagi pake uang tabunganku aja ma".. uang tabungannya yang disimpan dari uang sakunya sehari-hari, sampe kadang dia nggak bekal uang sama sekali, karena pingin banget beli PS, sedangkan aku dan kurang suka sama yang namanya PS, dan sambil nunggu dia mulai bisa ngatur waktu, kami beri syarat dengan menabung sendiri sebagian. "Itu kan untuk beli PS?" tanyaku. "Biar aja ma nanti aku nabung lagi dari awal". Uh luluh juga perasaanku, kasihan melihat mimiknya yang penuh penyesalan. "Mbak...."panggilku dengan suara yang mulai lebih rendah nada dasarnya, gimana kalau kita patungan aja deh, tapi lain kali jangan dibiarin ya kalo ada barang mbak uti atau barang adeknya yang nggak ditempatnya..." "Iya Ma... mudah-mudahan di tempat sampah masih ada ya..."harapnya. Sebelum ke tempat sampah besar, kami dan beberapa tetangga biasa membuangnya di tempat sampah kecil... "Ya mbak mudah2an, tapi kalau sudah hilang ya mau diapain lagi, ya sudah biar aja kita ikhlaskan saja, yang penting lain kali harus dirawat barangnya yaaaaa...." tegasku lagi. Ia mengangguk dengan mata sembabnya... Dan kamipunn beranjak ke tempat tidur, ke tiga adeknya sudah lelap duluan.... tinggal kami berdua. tapi aku lihat dia tidak segera tidur, ehm mungkin masih ada perasaan menyesal dan sedih... tapi tiba-tiba dia berkata "Mama... Alhamdulillah ya aku pernah mengalami ini, jadi aku tau gimana harusnya sama barangku sendiri, terus aku juga tau harus gimana kalo barangnya adek-adek hilang, coba kalo aku nggak pernah mengalami ini, nanti kalo mengalaminya udah besar, aku bingung gimana cara nyelesaiinnya....." SUBHANALLAH, Maha suci Allah yang menggenggam jiwa dan hati manusia, tercengang aku mendengar kesimpulan atas hikmah dari peristiwa ini... Anakku usia 7 tahun sudah bisa mengambil hikmah dari peristiwa yang menyedihkannya, kalo aku inget aku 7 tahun ah kayaknya sih jauh dari ini.... "EHm.. Iya Mbak Alhamdulillah, udah tidur yuk (aku terharu)"... Alhamdulillah, ya mungkin kacamata itu harganya cukup mahal, dan hilang dalam waktu singkat tapi, mengetahui cara berpikirnya dalam mengambil hikmah suatu kejadian, lebih mahal dan lebih indah bagiku... Oh aku merasa tidak kehilangan namun mendapat hadiah dari Allah...
ooops sampe saat aku ngetik ini, aku baru inget kalo aku belum minta maaf atas kemarahanku dengan nada tinggi plus melototnya.... eh ternyata bukan hanya anak kecil yang bisa lupa, orang tua juga hehe "maapin mama ya mbak"... "Doa mama selalu untukmu".
Ini cerita tentang kejadian 2 malam yang lalu, kejadian ini sebenarnya kepingin langsung aku tulis karena terlalu berharga untuk dilewatkan. Malam itu sudah waktunya tidur, kami ber-5 aku dan 4 anakku sudah siap-siap dengan ritual mau tidur... Tiba-tiba .. Mbak Uti, sang putri pertama bilang " Yaaa... mah sekarang aku nggak bisa berenang pake kacamata lagi..." "Lo kenapa kacamatanya ?" tanyaku kaget, kacamata itu dibeli bapaknya baru beberapa minggu yang lalu, hadiah supaya mbak uti berenangnya tambah semangat, dan memang diwajibkan juga sih sama tempat kursusnya.... "Soalnya karet samping kacamatanya lepas terus sekarang nggak ada, kemaren aku liat ada di tempat sampah, kayaknya dibuang deh sama bulek (panggilan buat ibu yang membantu kami di rumah)" ... "Astaghfirullah gimana sih mbak, kok nggak diambil, kalo ditempat sampah ya jelas bakalan dibuang" aku nggak tahu seperti apa ekspresiku, kacamata itu kan baru, dan harganya lumayan lo hampir 200 ribu, itu kan mahal kalo menurutku untuk ukuran beli kacamata doang... "Soalnya ada banyak semutnya disitu " katanya (mungkin dia jijik ngeliatnya)" "Tapi kan mbak bisa bilang sama bulek kalo itu kacamata renangku aku masih pakek!!!, masak gitu aja nggak bisa sih? Mbak pikir itu kacamata bisa terbang sendiri kembali ke rumah apa? kalo nggak diambilpun bisa pulang sendiri gitu?" gimana ya, rasanya aku jengkel campur sayang sama kacamatanya, soalnya pasti kita harus beli baru, karena itu memang peraturan di tempat kursusnya, sedangkan ... 200 ribu bo! lumayan...pikirku. "Tau nggak si Minek (sahabat mbak uti) itu mungkin harus menahan lapar 1 bulan untuk bisa beli kacamata itu, mbak uti sendiri kemaren yang cerita kalo minek nggak punya uang untuk beli gambar, untuk main gempa (permainan kartu yang lagi ngetren di tempat kami) sampe-sampe dia cari-cari di tempat sampah, Minek itu nggak setiap hari dapet uang saku, eh.... mbak uti hanya karena jijik doang atau males ngomong sih... membuang uang 200 ribu itu gampang banget !!" Aku keterusan nyerocos.... karena nggak habis pikir, bisa-bisanya dia tau barang itu di tempat sampah tapi nggak diambil. Sampe aku nggak tau kalo dia mulai menangis.... Tapi rasa kesalku masih belum hilang.... dan beberapa omelanku kayaknya masih keluar (aku nggak terlalu inget apa aja yang aku omongin)... Beberapa saat berlalu, dan mbak Uti kelihatan sangat menyesal, "Ma... kalo gitu biar aku beli lagi pake uang tabunganku aja ma".. uang tabungannya yang disimpan dari uang sakunya sehari-hari, sampe kadang dia nggak bekal uang sama sekali, karena pingin banget beli PS, sedangkan aku dan kurang suka sama yang namanya PS, dan sambil nunggu dia mulai bisa ngatur waktu, kami beri syarat dengan menabung sendiri sebagian. "Itu kan untuk beli PS?" tanyaku. "Biar aja ma nanti aku nabung lagi dari awal". Uh luluh juga perasaanku, kasihan melihat mimiknya yang penuh penyesalan. "Mbak...."panggilku dengan suara yang mulai lebih rendah nada dasarnya, gimana kalau kita patungan aja deh, tapi lain kali jangan dibiarin ya kalo ada barang mbak uti atau barang adeknya yang nggak ditempatnya..." "Iya Ma... mudah-mudahan di tempat sampah masih ada ya..."harapnya. Sebelum ke tempat sampah besar, kami dan beberapa tetangga biasa membuangnya di tempat sampah kecil... "Ya mbak mudah2an, tapi kalau sudah hilang ya mau diapain lagi, ya sudah biar aja kita ikhlaskan saja, yang penting lain kali harus dirawat barangnya yaaaaa...." tegasku lagi. Ia mengangguk dengan mata sembabnya... Dan kamipunn beranjak ke tempat tidur, ke tiga adeknya sudah lelap duluan.... tinggal kami berdua. tapi aku lihat dia tidak segera tidur, ehm mungkin masih ada perasaan menyesal dan sedih... tapi tiba-tiba dia berkata "Mama... Alhamdulillah ya aku pernah mengalami ini, jadi aku tau gimana harusnya sama barangku sendiri, terus aku juga tau harus gimana kalo barangnya adek-adek hilang, coba kalo aku nggak pernah mengalami ini, nanti kalo mengalaminya udah besar, aku bingung gimana cara nyelesaiinnya....." SUBHANALLAH, Maha suci Allah yang menggenggam jiwa dan hati manusia, tercengang aku mendengar kesimpulan atas hikmah dari peristiwa ini... Anakku usia 7 tahun sudah bisa mengambil hikmah dari peristiwa yang menyedihkannya, kalo aku inget aku 7 tahun ah kayaknya sih jauh dari ini.... "EHm.. Iya Mbak Alhamdulillah, udah tidur yuk (aku terharu)"... Alhamdulillah, ya mungkin kacamata itu harganya cukup mahal, dan hilang dalam waktu singkat tapi, mengetahui cara berpikirnya dalam mengambil hikmah suatu kejadian, lebih mahal dan lebih indah bagiku... Oh aku merasa tidak kehilangan namun mendapat hadiah dari Allah...
ooops sampe saat aku ngetik ini, aku baru inget kalo aku belum minta maaf atas kemarahanku dengan nada tinggi plus melototnya.... eh ternyata bukan hanya anak kecil yang bisa lupa, orang tua juga hehe "maapin mama ya mbak"... "Doa mama selalu untukmu".
Selasa, 19 Februari 2008
So, You're gifted, Now What ?

GIFTED
by Judith K. Schulze
Golly! I just took a test
That says I'm different from the rest.
What am I? Well, I must confess...
I'm "gifted."
The psychologist said right from his heart,
"I fear that you are rather smart
And from this day you are to start...
Being gifted."
I think I turned six shades of green
And developed pains down to my spleen.
I asked, "Whatever does it mean?
This word 'gifted'?"
He said, "You have a high I.Q.
I wish, my child, that I were you!
Why I'd give an arm or leg or two
To be gifted.
My thoughts immediately went adrift
And each idea I did sift.
At last I said, "Give me my gift.
Then I'll be gifted!"
He laughed for all that he was worth
And nearly doubled up with mirth.
"This gift you have you've had since birth.
You've BEEN gifted!"
I thought and then when he was done
I asked, "Am I the only one
In this whole school or under the sun
Who is gifted?"
He named the two or three percent
Of students who to classes went.
And then I knew just what this meant,
About gifted.
It could be the best news I'd heard,
But then I thought about a word
And screamed, "But, must I be a nerd
If I'm gifted?"
He laughed again when I was through.
"My child, you'll always be just you
But smarter than all except a few
'Cause you're gifted."
"Will I be perfect? Get all A's?
Make the Honor Roll? Get lots of praise?
Have no homework nights and easy days?
Well, I'm gifted!"
"No, others may expect such things;
Just do your best. Be sure it brings
True joy to YOU! You'll soar on wings
And enjoy being
Gifted."
Langganan:
Postingan (Atom)